Fidela Alma Sahira, Guru SDIT Luqman Al Hakim Jogja
Harian Jogja: Rabu, 27 Juli 2022 – 06:07 WIB
Di era digital ini, kita kerap kali disibukkan dengan layar gadget atau perangkat teknologi lainnya. Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat banyak orang terlena dengan guliran jarinya di dunia maya. Bahkan tidak jarang dunia nyata atau lingkungan sosial sering terabaikan begitu saja. Zaman digitalisasi banyak mengubah tingkah laku masyarakat kita.
Lalu bagaimana dengan nasib anak-anak? Mereka yang baru saja hadir di dunia beberapa tahun lalu langsung dikagetkan dengan kesibukan dunia digital ini. Masa kanak-kanak yang semestinya diisi dengan kegiatan yang menyenangkan, tertawa riang dan berlari-larian di tanah lapang merupakan pemandangan asing yang kini sudah jarang kita lihat.
Momen saat anak berusia balita adalah masa emas dalam tumbuh kembang manusia di usia dini, yaitu rentang usia 0-6 tahun. Masa ini biasanya dikenal dengan golden age. Anak di usia ini akan mulai belajar bersosialisasi dengan orang di sekitarnya, khususnya orang yang paling dekat dengannya yaitu orang tua. Dalam perkembangannya, anak-anak usia balita mulai belajar mengekspresikan suatu hal yang diinginkan, meminta barang yang ingin dimiliki, hingga sudah mulai bisa mengungkapkan emosi yang ada di dalam dirinya.
Anak akan mulai menyadari adanya gejolak keinginan dan emosi di dalam hatinya. Ketika keinginannya terpenuhi dan diwujudkan oleh orang terdekat di sekitarnya, ia akan tersenyum dan merasa senang.
Namun sebaliknya, jika apa yang diinginkan tidak dipenuhi, maka anak akan mudah merasa kesal hingga menangis. Emosi yang ada di dalam dirinya belum mampu ia kelola dengan baik. Mereka hanya mampu menyadari dan mengekspresikannya saja tanpa mampu mengelolanya.
Hal itu menjadi tugas kita bersama sebagai orang yang lebih dewasa untuk membantu anak usia balita mengenali dan mengelola emosi dalam diri serta mengajarkan pendidikan karakter sejak dini.
Para pakar sepakat dan mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada anak di usia dini, menjadi salah satu sebab terbentuknya pribadi dengan karakter yang bermasalah di usia dewasa. Selain itu, menanamkan moral kepada anak usia balita adalah usaha yang strategis. Sebab di usia tersebut anak mampu menyerap informasi dengan baik sebanyak 80%.
Penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak adalah kunci utama membangun bangsa yang baik. Anak-anak yang nantinya tumbuh menjadi pribadi berkarakter baik dapat dikembangkan secara optimal ke arah yang positif. Tentu saja memerlukan peran dan kerja sama yang baik antara pihak sekolah, guru, lingkungan dan terutama orang tua. Karena orang tua adalah pendidik pertama si anak.
Saat inilah peran orang tua dan guru diharapkan saling bersinergi memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak di usia dini, melalui nilai moral dan kemampuan mengelola emosi yang dimilikinya.
Di usia ini anak juga menyerap dan menerima informasi lebih cepat, sehingga apa yang diterimanya akan ia serap dengan baik dan diterapkan dalam kehidupannya. Jika pendidikan karakter terlambat diberikan kepada anak, jelas akan terlihat perbedaannya antara anak yang mendapatkan pendidikan karakter dan tidak.
Anak yang memiliki karakter dan kepribadian baik biasanya sudah memahami aturan sederhana untuk kedisiplinan dirinya sendiri, termasuk dalam bermain gadget atau media elektronik lainnya. Penggunaan gadget pada anak usia dini mengalami perubahan dari zaman dahulu dan sekarang. Di era digital ini, salah satu yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak adalah screen time atau lama waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan gadget, komputer, televisi dan bermain video games. Hal ini tentu sangat penting diperhatikan terutama saat masa golden age anak.
Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, mereka sudah mengenal media digital sejak lahir. Bayi di usianya 4 bulan sudah mulai terpapar oleh televisi di rumahnya. Begitu pula dengan penggunaan gadget, termasuk handphone. Pada tahun 2011, penelitian menunjukkan 52% anak usia 0-8 tahun sudah memiliki akses terhadap gadget dan angka ini terus meningkat di tahun 2013 sebanyak 23%.
Gadget adalah salah satu media informasi elektronik yang memiliki keuntungan juga kerugian bagi penggunanya. Khususnya akan berdampak buruk terutama jika penggunanya adalah anak yang masih terbilang berusia dini.
Kurang dari 2 Tahun
American Academy of Pediatric (AAP) juga mengungkapkan bahwa tidak merekomendasikan penggunaan media pada anak kurang dari dua tahun karena di usia ini akan sedang mengalami perkembangan di bidang kognitif atau pengetahuan, bahasa, sensorik-motorik, dan kemampuan sosial emosional mereka. Pada usia ini pula, anak memerlukan lebih banyak waktu tumbuh kembangnya untuk praktek langsung dan berinteraksi langsung dari orang terdekatnya khususnya orangtua agar perkembangan mereka bisa lebih optimal.
Waktu di masa golden age tersebut bisa lebih dimaksimalkan dengan mengajak anak untuk membaca buku, bermain langsung dengan mainan yang bisa disentuhnya, dan bereksplorasi di luar rumah, sehingga meminimalkan penggunaan layar gadget pada anak.
Pengaruh gadget terhadap perkembangan anak usia dini sangat tergantung dari bagaimana cara orang terdekat si anak yaitu orang tuanya agar pandai mengatur screen time untuk anaknya. Makin banyak waktu yang dihabiskan dengan gadget pada anak usia dini, maka makin besar pula peluang untuk terpapar konten yang tidak sesuai dengan usianya dan pengaruhnya tentu akan berdampak pada karakter anak yang belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Perilaku anak yang sering terpapar gadget akan lebih agresif, temperamental dan cenderung bermasalah dalam mengendalikan kontrol emosinya. Hal ini tentu tidak sehat dan waktu yang dihabiskan dengan menyendiri hanya memandangi layar komputer atau gadget lebih baik digunakan untuk berinteraksi dengan orang tuanya, bergaul dan bermain dengan teman sebaya ataupun melakukan aktivitas fisik lainnya.
Melihat betapa berharganya masa golden age anak dan diiringi kemajuan teknologi digital khususnya gadget yang tak bisa kita hindarkan ini, peran orang tua dan guru serta lingkungan sangat dibutuhkan sebelum semua terlambat. Untuk para orang tua yang menjadi pendidik pertama anaknya, memberikan pendidikan karakter sejak dini kepada anak dan memberlakukan screen time dalam penggunaan gadget menjadi dua hal yang sangat penting dalam proses mendidik ini. Usaha ini tentu tidaklah mudah, tetapi hasil dengan anak berkarakter baik dan mampu membatasi dirinya dari pengaruh buruk gadget akan terasa di kemudian hari ketika anak beranjak dewasa. Karena anak-anak ini adalah generasi penerus bangsa dan maju tidaknya suatu bangsa ditentukan dari bagaimana kita berperan mendidik generasinya.
Editor: Maya Herawati